Sahabat Terbaik dan Musuh Terburuk
Oleh: Didi Junaedi
Ada ungkapan hikmah dalam bahasa Arab yang menyatakan, “Khair al-ashhabi man yadulluka ‘ala al-khairi” (Sebaik-baik sahabat adalah yang menunjukkanmu pada kebaikan). Ya, sebuah kalimat singkat namun sarat makna.
Dalam kehidupan yang kita jalani, ada beragam orang dengan berbagai karakter yang kita jumpai. Ada orang yang tampak bermuka manis di hadapan kita, tetapi sesungguhnya berpahit lidah di belakang kita. Ada pula orang yang menampakkan sikap tidak bersahabat dengan kita secara terang-terangan. Sehingga apa pun yang kita lakukan selalu tampak salah di mata dia. Ada juga yang sesungguhnya sangat perhatian dengan kita, tetapi seringkali membuat telinga kita merah dengan kata-kata pedasnya ketika menegur kesalahan kita. Ada pula yang benar-benar tulus berbuat baik kepada kita. Ketika menegur kesalahan yang kita lakukan, dia akan mengatakannya dengan santun dan penuh kehati-hatian. Dan ada juga orang yang selalu berbuat baik kepada kita serta tidak pernah sekali pun menegur ketika kita melakukan kesalahan.
Di antara orang-orang dengan beragam tipe dan berbagai karekter tersebut, manakah sesungguhnya yang bisa dijadikan sahabat terbaik kita?
Jika mengacu pada ungkapan kalimat hikmah di atas, maka yang layak menjadi sahabat terbaik kita adalah orang yang secara tulus berbuat baik kepada kita, dan berani menegur ketika kita berbuat salah, dengan kata-kata yang santun dan menyadarkan kita.
Sahabat terbaik adalah yang selalu menunjukkan kita pada kebaikan. Sahabat terbaik adalah yang menegur kita ketika kita berbuat salah, meluruskan kita ketika kita mulai melenceng, mengingatkan kita ketika kita lupa, menyadarkan kita ketika kita lupa diri. Sahabat terbaik adalah yang selalu ada di dekat kita baik dalam kondisi senang ataupun susah.
Sahabat terbaik bukanlah mereka yang selalu menyanjung-puji kita. Sahabat terbaik bukanlah mereka yang membiarkan kita berbuat salah. Sahabat terbaik bukanlah mereka yang mengabaikan kita ketika kita lupa diri. Sahabat terbaik bukanlah mereka yang hanya ada ketika kita senang, dan meninggalkan kita ketika kita susah.
Sahabat terbaik adalah orang-orang yang selalu menolong kita dalam kebaikan dan taqwa, serta menasehati kita dalam kebenaran dan kesabaran.
Selain harus memahami kriteria sahabat terbaik, kita juga harus mewaspadai kemungkinan hadirnya musuh terburuk. Ya, mengantisipasi kemungkinan hadirnya musuh terburuk sama dengan menyelamatkan kehidupan kita.
Pertanyaannya kemudian, siapakah musuh terburuk itu? Musuh terburuk adalah orang-orang yang kehadirannya justru melemahkan semangat hidup kita, mengerdilkan cita-cita kita, dan yang paling berbahaya adalah menjauhkan kita dari Allah Swt.
Tidak jarang kita jumpai seseorang yang dulunya cukup baik, santun, ramah, taat beribadah, tetapi kemudian berubah menjadi orang yang kasar, cuek, bahkan jauh dari ajaran agama. Bisa dipastikan bahwa dia berubah drastis seperti itu karena salah bergaul. Ya, ada ungkapan bijak dalam bahasa Arab yang menyatakan, su’u al-khuluqi yu’di, perilaku negatif itu menular. Seseorang yang bergaul dengan orang-orang yang buruk akhlaknya, kasar sikapnya, jauh dari ajaran agama, maka, meskipun sebelumnya dia adalah orang yang baik, lambat laun akan terpengaruh juga oleh sikap dan perilaku kawan-kawannya.
Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk digambarkan oleh Rasulullah Saw. melalui hadis berikut: ““Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari)
Melalui hadis ini, Rasulullah Saw. mengibaratkan teman yang buruk seperti pandai besi, yang jika kita dekat dengannya kemungkinan besar kita akan terkena percikan apinya. Kalaupun tidak, kita akan tetap menadapatkan bau asapnya yang tak sedap.
Ya, sosok seperti digambarkan Rasulullah Saw. inilah yang bisa disebut sebagai musuh terburuk dalam kehidupan kita. Karena kehadirannya, alih-alih membawa kita pada kebaikan, justru akan mencelakakan kita.
* Ruang Inspirasi, Selasa, 21 Februari 2023.
Tidak ada komentar: